Yang dulu merekah indah
Kini tertunduk layu
Senda gurau bocah ingusan
Yang dulu lantang membahana
Kini berubah menjadi derail tangis
Dunia seakan sepi dari riang
Setiap detik yang berlalu
Penuh dengan beban dan penderitaan
Namun di antara kerumunan orang banyak
Yang menggerutu dan mengumpat
Kutemukan engkau
Engkau tidak pernah berhenti
Dengan senyum yang terkulum
Menjemput yang gundah gulana
Dan satu per satu
Engkau ajak mereka
Untuk berdansa dengan sukacita
Dengan sepatu tarimu yang kusam
Engkau meliuk-liuk dengan tangkas
Membuat mata-mata di sekelilingmu kagum
Dan engkau ajak mereka
Yang bersedih dan berduka
Untuk menari dengan gembira
Di tengah masa yang suram ini
Derai tangisku telah terhenti
Karena aku sibuk berdansa denganmu
Terima kasih, Sahabat!
Kini tertunduk layu
Senda gurau bocah ingusan
Yang dulu lantang membahana
Kini berubah menjadi derail tangis
Dunia seakan sepi dari riang
Setiap detik yang berlalu
Penuh dengan beban dan penderitaan
Namun di antara kerumunan orang banyak
Yang menggerutu dan mengumpat
Kutemukan engkau
Engkau tidak pernah berhenti
Dengan senyum yang terkulum
Menjemput yang gundah gulana
Dan satu per satu
Engkau ajak mereka
Untuk berdansa dengan sukacita
Dengan sepatu tarimu yang kusam
Engkau meliuk-liuk dengan tangkas
Membuat mata-mata di sekelilingmu kagum
Dan engkau ajak mereka
Yang bersedih dan berduka
Untuk menari dengan gembira
Di tengah masa yang suram ini
Derai tangisku telah terhenti
Karena aku sibuk berdansa denganmu
Terima kasih, Sahabat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar