Kamis, 20 Desember 2007

Malam Kelam

Udara sore sejuk bagaikan desiran angin malam
Yang membuatku tertunduk pilu menangisi kelam
Merambat – rambat perlahan
Diakhiri sebuah teriakan
Malam pun menjelang
Anak – anak masih berlarian asyiknya di halaman
Sementara sang Ibu menunggu dengan senyuman
Mari sini Nak... kita makan
Sambil menunggu Ayah pulang
Wahai bulan
Aku lelaki malang
Tertelan kekerasan hitam
Berdiri tegak dihadapan pasukan bersenapan
Menunggu kematian
Kemudian terdengar letusan. . . . . . . .

Aku Dan Malam

Malam. . .
Dipelukmu kini kubersandar
Menjelang bulan di wajahmu
Menghitung bintang pada raut senyummu

Malam. . .
Lagumukah yang membuat semua terlelap
Anginmukah yang membius menebar kesunyian
Atau mimpimukah yang menuai kedamaian hati

Malam. . .
Kenapa kau lupakan aku
Satu dari semua yang menunggumu
Yang inginkan sentuhan lembut maknamu

Malam. . .
Kenapa kau buatku terjaga dalam kidung tidurmu
Kau buatku resah dalam kebisuanmu
Dan kau tutup mata hatiku dalam damai indahmu

Malam. . .
Tertawakah kau dibalik selimut kegelisahanku
Membelenggu rinduku pada sangkar kegelapan
Memaksaku tertawa sembari menitikkan air mata lara

Malam. . .
Kapan kau bisikkan keindahan di telingaku
Bersanding kekasih bermandikan cahaya bulanmu
Memandang bintang lantunkan nada-nada cinta

Malam. . .
Kemana lagi kau bawa jiwaku
Menelusuri kesunyian yang terus membisu
Sedang yang tertulis pada langitmu hanya selalu
Aku. . .dan malam. . .